HIV AIDS
Berdasar riset in vitro – di laboratorium – yang dilakukan
para peneliti University of Minnesota, Minneapolis Amerika Serikat:
"Bee Propolis berpotensi meningkatkan kekebalan
tubuh para penderita HIV/AIDS. Tim peneliti menduga zat antiviral yang
terkandung dalam propolis menghambat masuknya virus ke dalam CD4+
limfosit".
"Propolis dosis 66,6 g/ml dalam kultur sel CD4+
– sel T dalam sistem kekebalan yang memiliki reseptor CD4 mampu menghambat
ekspresi virus HIV maksimal 85%. Lazimnya pada penderita HIV/AIDS, virus
mematikan itu menginfeksi sel bereseptor CD4 dan merusaknya. Makanya, jumlah
sel ber-CD4 pada penderita HIV/AIDS turun jauh di bawah angka normal. Pada
orang sehat, jumlahnya sekitar 500 – 1.500/mm3 darah".
PENYAKIT BERAT
Dr Eko Budi Koendhori Mkes, dari Departemen
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR):
membuktikan lem lebah itu membantu menekan kerusakan jaringan paru pada mencit
yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab
penyakit tuberculosis (TBC).
Dari 100 mencit yang diinfeksi M.
tuberculosis, tikus yang diberi kombinasi Isoniasid – obat
antituberculosis – 25 mg/kg bobot badan dan propolis menunjukkan peningkatan
kadar interferon γ . Interferon γ berperan mengaktifkan sel makrofag yang
membunuh bakteri TBC. Mencit yang hanya diberi Isoniasid mengalami peningkatan
kerusakan paru dari minggu ke-5 hingga ke-12. Sementara kondisi paru mencit
yang diberi Isoniasid dan propolis dosis 800 mg pada minggu ke-12 sama seperti
pada minggu ke-5.
"Propolis berperan meningkatkan kekebalan
penderita sehingga kerusakan jaringan dapat ditekan. Obat standar bekerja
secara langsung menyerang bakteri TBC. Nah, kombinasi obat dan propolis
mematikan bakteri TBC sekaligus mengurangi kerusakan paru-paru akibat serangan
bakteri. ‘Propolis sangat bagus untuk meningkatkan sistem imun. Selain itu saya
duga memiliki kemampuan antikanker,’ tutur Eko".
.
KANKER
Dugaan Eko tidak meleset. Berdasar riset yang
dilakukan di laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM:
"produk
propolis yang diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks),
Siha (sel kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan
nilai IC50 berkisar 20 – 41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20 – 41 µg/ml dapat
menghambat aktivitas 50% sel kanker dalam kultur"
Itu sejalan dengan penelitian dr Woro Pratiwi
MKes SpPD, dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM):
"Propolis
yang diberikan selama 1 bulan memiliki efek antikanker dalam organisme hidup.
Itu ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan tumor dan
menurunnya aktivitas proliferasi – penggandaan – sel tumor kelenjar payudara
pada mencit"
Namun, efeknya masih lebih rendah dibanding pada mencit yang
diberi obat kanker standar, doksorubisin. ‘Sehingga, perlu dikaji penggunaan
propolis dengan obat antikanker terstandar untuk memberikan efek terapi optimal
dan efek samping minimal,’ ujar Woro.
Polifenol dan flavonoid, sebagian senyawa yang
terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat proliferasi sel
kanker. Menurut Dr Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya
mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan
untuk proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel
pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh
diri.
‘Senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang
ada dalam propolis juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia,’
kata Prof Dr Mustofa MKes Apt dari Bagian Farmakologi & Toksikologi FK UGM.
"Penelitian tim FK UGM menunjukkan sediaan propolis yang diuji mampu mencegah
penurunan trombosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei – salah satu
parasit penyebab malaria pada mamalia selain manusia".
Dosis optimal 5 ml/kg
bobot badan juga mampu meningkatkan jumlah eritrosit hingga 37% setelah 8 hari
pemberian.
.
AMAN
Khasiat lain propolis yang sudah dibuktikan lewat
riset yaitu efek antimikrobanya.
- Uji yang dilakukan Eko pada 2007 menunjukkan propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan.
- Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri.
- Penelitian serupa oleh Dr Jessie Pamudji di Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung membuktikan efek antibakteri propolis terhadap S. aureu dan Propionibacterium acnes – biang jerawat. ‘Itu karena propolis mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavon pinocembrin, flavonol galangin, dan asam kafeat,’ ujar Jessie.
Yang terpenting, riset membuktikan propolis aman
meski dikonsumsi dalam jangka panjang.
- Menurut Dra Mulyati Sarto, MSi dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah. ‘Mencit yang diberi propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya tetap bagus, tidak bermasalah,’ ujarnya.
- Dosis normal yang dimaksud setara 1 sendok makan propolis dilarutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis itu setara konsumsi 0,6 kg propolis setiap hari. Artinya, keampuhan dan keamanan propolis telah terbukti.
Pemesanan Hubungi:Dewi Fajrin
SMS / WA 085882323256
Telp 085882323256 ; 089638888265 ; 021-88957998
Pin BB 74F89CD5